Sekolah lagi? Buat apa? Buat apa sekolah lagi?

Tidak pernah terpikir dan berniat untuk sekolah lagi setelah wisuda sarjana? Sama! saya juga pernah berpikiran seperti itu. Setidaknya pada tahun 2008 – 2011, yg ada di pikiran saya adalah cepat lulus dan cepat kerja. Impiannya jelas: perusahaan BUMN, atau perusahaan multinasional yg namanya tidak asing dikuping.. Dari kedua impian tersebut nyaris saja saya tersangkut di perusahaan yg bergerak dibidang FMCG, perminyakan,, atau malah terdampar di sebuah bank BUMN.

Lalu kenapa memilih sekolah lagi?

Oke, setidaknya ada beberapa alasan:

  1. Pernah datang ke bursa kerja? Bagaimana suasananya? Penuh sesak? Yap, sarjana bukanlah sebuah derajat yg istimewa di jaman sekarang ini. Saingannya banyak.. banyaaaak..
  2. Mahasiswa adalah pekerjaan yang paling enak! IMHO, anda tidak harus konsisten masuk kerja dari pagi hingga sore seperti pegawai kantoran, tidak perlu memikirkan laba/rugi bak pengusaha, tidak perlu bertanggung jawab terhadap orang lain (atasan) seperti bila anda sedang bekerja. Namun yg perlu anda lakukan adalah anda harus bertanggung jawab pada diri anda sendiri. Anda berusaha untuk anda sendiri. Bayangkan, bila status ‘mahasiswa’ itu disokong dengan status ‘penerima beasiswa’. Anda berusaha hanya untuk diri anda sendiri! Hasilnya adalah llmu, teman/relasi/koneksi, dan tentunya ijazah bila anda serius berusaha. 🙂
  3. Beasiswa sekarang jumlahnya banyaak, kalau dosen saya bilang sudah seperti kacang goreng. Bahkan banyak alokasi dana yg tidak terserap.. Silahkan pilih yg sekiranya pas utk anda. Informasi dengan mudah diperoleh di Internet. Pendaftaran biasanya hanya perlu submit berkas online, atau paling susah ya cuma perlu modal untuk kirim hardcopy via pos.
  4. Sudah pernah dengar tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)? Yap, kedepannya, tenaga kerja se-Asia Tenggara tidak ada lagi batasan. Setiap manusia akan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dimana saja, sebagai apa saja. Bayangkan aja klo bersaing dengan orang Indonesia aja kita susah kita masih takut, apalagi bersaing dengan orang dari Singapore, Thailand, Malaysia, atau negara-negara lain!
  5. Kalau memiliki pemikiran nasionalis, berpikirlah bahwa Indonesia diprediksi akan mendapat Bonus demografi pada beberapa dekade mendatang, dimana jumlah penduduk dengan umur produktif sangat besar. Ayo jadi pemuda produktif yang terdidik 🙂

Lalu kenapa sekolah ke luar negeri sangat disarankan?

  1. Bila anda telah memiliki bayangan untuk bersaing dengan tenaga kerja dari ASEAN, pasti akan terpikir bahwa kendala bahasa akan menjadi momok tersendiri. Bahasa sesungguhnya akan terlatih dengan sendirinya bila secara rutin digunakan. Bila anda sekolah ke LN, anda akan terbiasa menggunakan bahasa Inggris. “The power of kepepet” pada akhirnya tanpa disadari akan membuat anda terlatih dengan bahasa Inggris. Pilih mana, kagok English terhadap teman atau kagok English terhadap atasan/rekan kerja? 😉 
  2. Lulusan LN akan dapat memberi benefit lebih ketika anda menuliskannya pada CV anda. Bagaimana dengan pengajuan lamaran ke calon mertua? silahkan jawab sendiri 😀
  3. Pengalaman! Jalan-jalan ke belahan dunia lain, beradaptasi dengan lingkungan baru, banyak hal menarik lainnya yang akan memperkaya pengalamanmu.. Selagi masih bisa dan ada kesempatan, kenapa tidak dicoba?
  4. Relasi! Sepulangnya dari sekolah di LN, anda akan mendapat banyak kenalan baru dengan latar belakang yang berbeda-beda. Percayalah bahwa semakin banyak relasi, maka akan semakin terbuka pula peluang untuk berkolaborasi, atau setidaknya akan terbangun jalur informasi yang berasal dari sekitar mereka. 🙂

Kira-kira itu saja beberapa alasan mengapa anda sebaiknya melanjutkan studi. Akan saya tambah lagi bila sewaktu-waktu teringat pandangan baru… Semoga bermanfaat..

Semangat dan sukses selalu! 🙂

Lika-liku berburu sekolah gratis di tahun 2014

Pagi hari diawal tahun 2015, ditengah kehangatan bersama keluarga yang sedang berkumpul, saya terpikir kembali untuk menuliskan pengalaman di tahun 2014 dalam mencari beasiswa. Pada tulisan ini saya menekankan timeline (runtut waktu) aplikasi beasiswa dan sedikit gambaran / tips mengenai beasiswa tersebut, sebagai kenang-kenangan. Namun syukur alhamdulillah kalau dapat bermanfaat bagi orang lain.

1. Seleksi lokal NTU Singapore di UGM

Seleksi ini adalah seleksi yang paling sering saya ikuti, meski tidak pernah diikuti dengan persiapan khusus. Seleksi dilakukan oleh perwakilan NTU yang datang langsung ke Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi (JTETI) UGM dengan membawa soal-soal dalam bentuk tulis. Soal terdiri dari Technical Proficiency Test (TPT) yang merupakan uji kemampuan Matematika dalam pilihan ganda (baik matematika dasar maupun matematika teknik) dan English Proficiency Test (EPT) pada sesi kedua untuk menuliskan essay dengan jumlah kata tertentu. Untuk EPT, dapat digantikan bila anda telah meemiliki ITP TOEFL 550 atau IELTS 6.5.

 Seleksi  Pengumuman
 28 Maret 2013  24 April 2013
 18 Oktober 2013  24 Desember 2013
 13 November 2014  11 Desember 2014

Ketiga seleksi tersebut, saya dinyatakan belum memiliki performa sesuai ekspektasi mereka. hahaha

2. Seleksi lokal NTUST Taiwan di UGM

Untuk NTUST, meski mereka juga datang ke JTETI untuk melakukan seleksi langsung, namun skema seleksi mereka berbeda dengan NTU. Mereka hanya melakukan wawancara langsung dengan kandidatnya, dan untuk kandidat-kandidat yang dipandang memiliki prospek untuk bergabung akan diberikan surat rekomendasi yang nantinya akan dapat digunakan pada pendaftaran resmi secara online. Terdapat dua skema beasiswa yang mereka tawarkan, yakni full dan partial scholarship, baik untuk program master maupun doktor.

3. Australian Award Scholarship (AAS)

Nah, dibanding dua beasiswa yang telah saya sebutkan sebelumnya, beasiswa AAS inilah yang paling serius saya ikuti. Untuk intake tahun 2015, deadlinenya adalah 18 Juli 2014 dengan mengirimkan dokumen langsung ke kantor AAS di Kuningan, Jakarta. Beberapa hal yang perlu diketahui terkait beasiswa ini adalah: Continue reading “Lika-liku berburu sekolah gratis di tahun 2014”

France!! Nggak cukup Tiga hari Dua malam!! – Part 2

Hari kedua, tujuan hari ini adalah Galeries Lafayette, Place De la Concorde, Musee du Louvre, Notre Dame, dan diakhiri dengan Le Grande Mosque de Paris. Saya dan kedua teman yang kemarin juga jalan-jalan bersama janjian untuk bertemu di Lafayette. Namun sayang, sesampainya disana kami mendapati toko tersebut tutup. Alhasil kami mengubah rencana untuk langsung menuju ke tujuan utama, Musee du Louvre, dengan terlebih dulu mampir di Place de la Concorde dan Jembatan gembok Cinta (Pont de l’Archevêché).

Place de la Concorde;  Pont de l’Archevêché  (jembatan cinta) &  Cathédrale Notre-Dame

Pont de l'Archevêché
Pont de l’Archevêché
Place de la Concorde & Notre Dame
Place de la Concorde & Notre Dame

Continue reading “France!! Nggak cukup Tiga hari Dua malam!! – Part 2”

France!! Nggak cukup Tiga hari Dua malam!! – Part 1

Negara mana yang jadi prioritasmu untuk jalan-jalan ketika hanya memiliki waktu 4 kali weekend di wilayah Eropa?? Perancis!! Itulah jawabanku. Hahaha.. Menara Eiffel-lah yang menjadi focus utama, tidak lengkap rasanya ke Eropa tanpa berfoto di Eiffel. Sejak jauh hari, aku berburu tiket bis agar mendapat tiket dengan harga promo. Singkat kata, aku mendapat tiket Eurolines Amsterdam – Paris dengan harga total 25 euro untuk pulang-pergi. Woow!! Sayangnya, beberapa kartu kredit (visa & mastercard) dari berbagai macam bank Indonesia ditolak oleh system booking eurolines.nl. Akhirnya saya meminta tolong Enji (temen dari UGM yang sedang kuliah di Italy) untuk mmembayarnya dulu dengan kartu kredit keluaran sebuah bank Italy. Sampai sekarang, saya tidak tahu apa alasan tidak bisa membayar menggunakan kartu kredit Indonesia.

Okay, cerita dimulai. Saya tinggal di Groningen, sebuah kota di sudut Utara Belanda. Untuk menuju terminal bis Eurolines, saya perlu naik kereta intercity dan turun di Amsterdam Amstel. Terminal bis terletak sangat dekat dengan stasiun Amsterdam Amstel, namun tidak langsung terlihat ketika anda keluar stasiun. Silakan bertanya pada petugas informasi. Sesampainya di terminal, saya langsung check-in, lalu menunggu keberangkatan bis pada pukul 22.00. Sembari menunggu, saya berkenalan dengan 4 mahasiswa Indonesia yang berasal dari Wageningen, yakni Mas Ucup dkk. Benar-benar senang rasanya bertemu orang Indonesia di Negara orang lain.. 😀

Di dalam ruang tunggu tersebut, terdapat toilet yang hanya dapat dibuka dengan memasukkan uang logam 50 sen. Waktu itu saya tidak memiliki uang logam 50 sen, alhasil tidak jadi ke toilet (karena memang sebetulnya tidak kebelet), dan berpikir bahwa di bis pasti ada toilet (macam bis malam di Indonesia) hahahaha… kenyataanya? Tidak!! Perjalanan Amsterdam – Paris sekitar 7-8 jam itu tidak dilengkapi dengan toilet diatas bis. Alhamdulillah, karena saat itu perjalanan malam, sehingga saya tidak kebelet sampai tiba di Paris. Diatas bis, saya hanya tidur, tidak ada pilihan lain, karena saya sangat tidak beruntung mendapat bis yang tidak dilengkapi wifi. 😐

check-in counter, inside the bus, and eurolines bus
check-in counter, inside the bus, and eurolines bus

Bis dijadwalkan tiba pukul 06.00, tapi beberpa puluh menit sebelumnya bis telah memasuki terminal Gallieni, Paris. Bahkan terminal belum dibuka. Beberapa bis lengkap dengan penumpang didalamnya menunggu untuk masuk terminal. Saat inilah saya baru terbangun, dari tidur yang tidak nyenyak. Setelah turun, saya dan rombongan mas Ucup ‘singgah’ sejenak di toilet untuk sekedar mencuci muka dan gosok gigi. Kami sepakat untuk menghapuskan kata “mandi” dari todo lists kami. Hahaha.. Kemudian kami bergegas untuk menuju destinasi pertama kami, yang ternyata sama-sama ingin Museum Versailes.
Ada banyak cara untuk menuju Versailles, Continue reading “France!! Nggak cukup Tiga hari Dua malam!! – Part 1”

Mendarat di Schipol, lalu menuju ke Groningen

Alhamdulillaah, sampai juga di Schipol International Airport. inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di eropa. ternyata sama aja ya rasanya. {yaiyalah kaa.. lo pikir nginjakkan kaki dibulan, bisa melayang. :p}
Hasil perbincangan dengan ibu dan bapak yang tadi duduk disampingku, ternyata tahun ini keadaannya sangat istimewa, lain dari biasanya. jadi diawal bulan Maret sudah tidak lagi bersalju. wah sayang sekali, padahal saya sengaja memilih tanggal perjalanan ini agar bisa memulai dengan merasakan salju, dan mengakhiri dengan melihat kuncup bunga tulip di keukenhof.

Sedikit cerita, ketika mengantri di imigrasi bandara, antrian depan saya adalah pemuda-pemuda dari daerah Afrika. Petugas setempat memeriksa paspor mereka dengan teliti, bahkan sampai menggunakan alat bantu (semacam kaca pembesar?). wah teliti juga nih orang, gumamku. giliran saya, Continue reading “Mendarat di Schipol, lalu menuju ke Groningen”

Airbus A380, DXB – AMS

Penerbangan lanjutan daru Dubai ke Amsterdam pukul 08.20 waktu Dubai. Agar tidak terburu-buru, saya menggunakan taxi lokal. Setelah mandi dan sarapan seadanya, saya check-out hotel dan mencari taksi di depan hotel. Tidak seperti di Indonesia, resepsionis hotel tidak mau meneleponkan taksi. Menyebalkan! Taksi melaju kencang, dengan tarif awal hanya 3.50 dirham. Dari kawasan Al-Fahidi menuju airport hanya menghabiskan 21 dirham. Lebih murah dari estimasi taxiautofare.com, yang berkisar 28-32 dirham (tergantung kepadatan traffic).

Sesampainya di Dubai international Airport, saya tak lagi kebingungan. Semua berjalan lancar, sehingga waktu luang bisa saya gunakan untuk bersantai dan melihat lihat beberapa toko.

Saatnya boarding,, inilah pertama kalinya saya menaiki the biggest aircraft in the world, Airbus A380. bandara terbesar Indonesia pun tidak cukup mampu menampung pesawat ini. yaap, saya sengaja memilih penerbangan DXB- AMS dengan pesawat ini, begitu pula rute sebaliknya.

Emirates Airbus A380
Emirates Airbus A380
Inside the aircraft
Inside the aircraft

Dari sisi space kursi, Continue reading “Airbus A380, DXB – AMS”

19 Jam di Dubai, UAE

Untuk yang pertama kali, apapun itu pasti mengesankan. Termasuk yg saya alami hari ini. pengalaman pertama terbang keluar Indonesia. Saya coba menuliskannya di blog ini sebagai kenangan dan siapa tahu bermanfaat bagi anda. Okay, tujuan utama saya kali ini adalah Belanda, tp ‘mampir’ dulu di Dubai selama 19 jam. Beberapa yg perlu disiapkan adalah visa on arrival Dubai, transportasi lokal di Dubai, dan hotel/hostel tempat menginap tentunya.

Persiapan penerbangan Jakarta – Dubai

Bila anda menggunakan Emirates, maka maskapai akan memberi jatah bagasi sebesar 30KG (Garuda Indonesia akan memberi 40KG), dan cabin luggage 7KG. Saya telah menyiapkan 1 koper interconintal (yg guede), 1 koper cabin, dan 1 ransel. Rencana awal: koper dimasukkan bagasi dan akan saya ambil ditujuan akhir (Amsterdam), sedangkan koper kabin & ransel sy bw, karena berisi pakaian ganti utk 1 malam di Dubai & ransel berisi roti, air minum dan perangkat elektronik & segala tetek bengeknya.
Kenyataan: diluar ekspektasi, cabin luggage sy ternya memiliki berat 12 KG dan dilarang utk dibawa. Cukup panik! akhirnya rencana berubah, 2 koper tsb masuk bagasi, dengan koper cabin dikurangi isinya sebagian dan dimasukkan ransel. kaos & underwear pindah ke ransel, jaket dipakai dobel! yaa mau gimana lagi, pakaian2an musim dinginlah yg memenuhi isi koper.
Tips:
1) Timbanglah bagasi anda ketika dirumah agar pengalaman diatas tidak terjadi.
2) Dilarang membawa cairan >100ml. termasuk minuman. bawaah beberapa air mineral gelas saja!

Penerbangan Jakarta – Dubai

Emirates, Jakarta Dubai, berangkat dari terminal 2D. Cukup jauh jg berjalan menuju ruang tunggu. Sebaiknya jangan terlalu mepet dengan waktu boarding bila anda tidak mau terengah-engah. Tidak ada yg istimewa di ruang tunggu. serasa menati pesawat li*n air.. bedanya klo yang ini on-time. hahahah
Boeing 777-300, keberangkatan 7.45 am di tiket, take off sekitar Continue reading “19 Jam di Dubai, UAE”

Pengajuan Visa Dubai (UAE) on-line

Dubai, sebuah kota Uni Emirat Arab yang terkenal dengan berbagai kemegahan dan kemewahannya sangat menarik wisatawan dari berbagai belahan dunia. Sebut saja gedung TERtinggi Burj Khalifa, hotel TERmewah Burj Al Arab yang konon katanya satu-satunya hotel berbintang tujuh (udah kayak obat masuk angin aja hahaha), mall TERbesar (Dubai Mall), musical fountain TERbesar The Dubai fountain, Aquarium indoor TERbesar, pulai buatan, dan masih banyak lagi yang menjadi luxurious icon kota ini. Selain itu, posisi geografisnya yang strategis membuat kota ini banyak disinggahi pesawat dari seluruh penjuru dunia. Maka wajar, bila pemerintah UAE menggagas visa singkat on arrival, hanya 96 jam!! Visa ini dapat diurus ketika anda mendarat ataupun jauh-jauh hari sebelum perjalanan anda via online (yang katanya eksklusif hanya untuk maskapai Emirates dan Etihad).

Nah, kesempatan ini tidak saya sia-siakan, dalam perjalanan Jakarta – Amsterdam, saya memilih connecting flight terlama yang paling memungkinkan. 19 jam! Mendarat di Dubai pukul 13.20 dan terbang lagi pada 08.20 pada keesokan harinya. Untuk itu saya memilih Continue reading “Pengajuan Visa Dubai (UAE) on-line”

Persiapan Visa Schengen

Visa, sebuah dokumen yang wajib (nomor 2, setelah paspor tentunya :D) dimiliki oleh seseorang WNA yang ingin memasuki wilayah negara lain. Sebetulnya tidak sulit untuk mengurus semuanya, asal seluruh dokumen yang diperlukan lengkap. Nah, berikut saya akan coba dokumentasikan pengalaman saya membuat visa sendiri (tanpa bantuan travel agent) untuk bepergian ke Belanda dan Dubai. FYI, saat tulisan ini dibuat `saya` merujuk pada seorang fresh graduate sebuah Perguruan Tinggi yang belum memiliki pekerjaan tetap (shg pastinya belum bisa menyediakan surat ket kerja dari atasan) dan bepergian seorang diri (krn belum berkeluarga :p).

Schengen Visa

Well, tujuan utama adalah berkunjung ke Belanda, sehingga saya perlu mengajukan visa ke kedutaan Belanda di Indonesia. Terdapat 2 jenis visa, yakni Schengen dan MVV. Bedanya terletak pada masa kunjungan, Schengen untuk kunjungan singkat (s/d 90 hari) dan MVV untuk kunjungan > 3 bulan. Nah karena hanya perlu berkunjung 1 bulan, maka visa yg saya ajukan adalah Schengen. Schengen adalah sebuah visa universal yang berlaku untuk memasuki 26 negara di wilayah Eropa.

Syarat yang diperlukan sebetulnya sudah lengkap tertulis disini. Namun karena saat ini sifatnya sharing, saya akan menceritakan lebih detail apa saja yg saya lengkapi sehingga bisa mendapatkan visa dengan mudah (hanya 2 hari kerja visa sudah siap). Continue reading “Persiapan Visa Schengen”

Mengembalikan Grub (bootloader) Ubuntu

Memiliki dua atau lebih Sistem Operasi (Operating System / OS) memang cukup penting, disaat membutuhkan suatu OS tertentu kita dapat dengan mudah langsung berpindah tanpa harus ribet meng-installnya lagi. Memang, sebagian orang lebih menyukai menggunakan virtual machine seperti vmware, dll. Tapi bagiku, ‘real booting’ lebih memberi kebebasan.

Setidaknya, dua sistem operasi yang wajib dimiliki (bagi saya pribadi) adalah Windows dan Ubuntu yang berbasis Linux. Nah, yang menjadi masalah adalah performa Windows akan semakin lemot seiring bertambahnya ‘temp’ di drive tsb. Tidak lain solusinya adalah secara rutin melakukan install ulang agar performa komputer kita tetap terjaga. Saya mengusahakan re-install Windows setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali. Tergantung waktu luang. 😀

Masalah akan muncul ketika bootloader Ubuntu tertimpa dengan bootloader Windows, Continue reading “Mengembalikan Grub (bootloader) Ubuntu”